Forum Kesehatan Kelurahan (FKK) Mojosongo, Jebres, Solo, turut aktif melakukan pencegahan kasus stunting dengan membuat inovasi berupa pendirian Baby Cafe Bintangku, yang menyediakan makanan sehat, khususnya makanan pendamping ASI (MPASI) bagi bayi di bawah 1 tahun.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Kasus stunting di Kota Solo pada tahun 2022 tercatat sebesar 1,87 persen atau setara 494 bayi.
Jumlah itu turun jika dibandingkan tahun 2020 yang tercatat sebanyak 1.050 kasus dan tahun 2021 sebanyak 570 kasus.
Ketua FKK Mojosongo, Dody Sudarsono mengemukakan dirintisnya Baby Cafe Bintangku berawal dari kasus balita yang mengalami stunting di wilayah dua rukun warga (RW) di Kelurahan Mojosongo beberapa tahun lalu.
Baby Cafe Bintangku kemudian didirikan pada tahun 2018.
Stan Baby Cafe Bintangku dibuka di Selter Mojosongo yang berlokasi di dekat Taman Jaya Wijaya Mojosongo.
Sempat terhenti beberapa bulan lantaran situasi pandemi Covid-19, namun Baby Cafe Bintangku kembali dibuka Sabtu, 27 Agustus 2022 dengan jam operasional mulai pukul 6.00 WIB.
“Dari keprihatinan atas kasus stunting tersebut, FKK Mojosongo kemudian mendirikan Baby Cafe Bintangku ini sebagai upaya untuk ikut memerangi masalah stunting dengan menyediakan MPASI sehat, juga dengan harapan bisa membantu ibu-ibu muda yang biasanya mengandalkan makanan instan, agar beralih ke makanan sehat untuk anak-anak mereka,” ujar Dody di Solo.
Salah satu inovasi Baby Cafe Bintangku dalam memerangi kasus stunting adalah dengan menyediakan MPASI 4 bintang yakni bubur bayi yang mengandung nutrisi karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan sayuran.
“Menu yang kami buat bervariasi, setidaknya ada delapan menu yang disiapkan dan bergantian setiap harinya,” kata Dody.
Untuk proses pembuatan hingga pemasaran bubur bayi tersebut, FKK Mojosongo membentuk tim untuk pengolahan, memasak, dan pemasaran.
“Untuk pemasarannya lewat grup WhatsApp.
Jadi kalau malam itu diinfomasikan tentang menu MPASI untuk besok paginya, kemudian pagi bahan-bahan diolah, dimasak kemudian dijual mulai pukul 6.00 WIB,” tuturnya.
Bubur bayi dijual dengan kemasan cup kecil dengan harga Rp 3.500/cup untuk bubur kasar dan harga Rp 4.000/cup untuk bubur halus.
Para pelanggan Baby Cafe Bintangku di antaranya warga di Kelurahan Mojosongo, sebagian juga di sekitar Mojosongo dan Solo, termasuk wilayah Wonorejo, Karanganyar, atau berdasarkan pesanan.
Sebelum masa pandemi, omzet yang bisa diperoleh Baby Cafe Bintangku dari penjualan bubur bayi rata-rata bisa mencapai Rp 124 juta setahun atau sekitar Rp 250 ribu/hari.
Dody mengungkapkan, sejak awal pendirian Baby Cafe itu memang tidak berorientasi untuk mendapatkan laba atau profit.
Namun dari penjualan MPASI tersebut dalam beberapa tahun ini ternyata juga bisa mendatangkan keuntungan.
Dari situ, FKK Mojosongo kembali melakukan inovasi dengan mengalokasikan laba yang didapat dari penjualan MPASI untuk pemberian bantuan modal usaha bagi masyarakat tidak mampu yang anaknya mengalami kasus stunting.
“Profit yang didapatkan dari penjualan bubur bayi ini disumbangkan kepada keluarga miskin yang mengalami kasus bayi gizi kurang dalam bentuk bantuan modal usaha, misalnya mereka ingin buka usaha laundry, bisa dibelikan mesin cuci, sabun cuci, pewangi dan sebagainya, atau usaha wedangan, dan lain-lain,” ucap dia.
Tujuan pemberian bantuan tersebut agar keluarga itu dapat meningkatkan perekonomiannya, termasuk untuk meningkatkan kesehatan dalam keluarga tersebut.
Selain menyediakan MPASI, saat Baby Cafe Bintangku dibuka juga disediakan layanan konsultasi kesehatan balita dari Tim Puskesmas Sibela, Mojosongo.
Menurut Sarwanti dari Puskesmas Sibela, dalam penanganan kasus stunting di Solo, khususnya di wilayah Mojosongo, ada kegiatan orientasi duta stunting, di mana para kader Posyandu diajak untuk menemukan kasus stunting di masyarakat.
“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat bisa menemukan dan melaporkan adanya kasus stunting sehingga nantinya dapat segera diberikan penanganan,” kata Sarwanti yang juga ahli gizi dari Puskesmas Sibela itu.