Personel dari 23 laboratorium Indonesia berbagi keahlian di bidang bioinformatika bersama delapan negara ASEAN lainnya di Yogyakarta, pada 25 Agustus 2022.
Beberapa negara anggota Zoonotic Diseases Action Package (ZDAP) seperti Pakistan dan Bangladesh ikut serta di dalamnya, Kamis, 25 Agustus 2022.
ZDAP merupakan kolaborasi global untuk menanggapi ancaman penyakit zoonosis atau penyakit menular dari hewan kepada manusia serta untuk mengedepankan agenda keamanan kesehatan global.
Pada 2021, Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates, Yogyakarta disahkan sebagai Pusat Rujukan Regional untuk Bioinformatika Veteriner di Asia Tenggara oleh Sectoral Working Group on Livestock (SWGL) atau kelompok Kerja Sektor Peternakan ASEAN.
Dengan pengakuan ini, BBVet Wates telah memantapkan dirinya sebagai laboratorium dengan keahlian di bidang bioinformatika dan telah mendukung serta memberi saran kepada laboratorium lain di negara-negara ASEAN tentang isu-isu terkait bioinformatika.
Bioinformatika adalah sarana interdisipliner untuk menghitung dan menganalisis data biologis, termasuk agen yang berpotensi menyebabkan penyakit pada hewan, tumbuhan, dan manusia.
Dengan menggunakan bioinformatika, karakteristik agen penyakit dapat dipelajari secara komprehensif sehingga meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengendalian penyakit.
Dalam lokakarya ini, serangkaian pelatihan dirancang untuk meningkatkan kapasitas bioinformatika para petugas laboratorium yang di negara-negara ASEAN dan ZDAP untuk memahami evolusi agen virus tertentu agar dapat dengan cepat mendeteksi ancaman penyakit menular baru.
Lokakarya ini juga berfungsi sebagai wadah bagi para peserta untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman mereka untuk membangun jaringan bioinformatika yang kuat di wilayah Asia.
“Lokakarya ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam memperkuat mekanisme regional ASEAN untuk pencegahan, deteksi dini dan penanggulangan penyakit hewan dan zoonosis dengan potensi pandemi.
Selain itu untuk penguatan sektor kesehatan hewan melalui pendekatan One Health,” terang Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI Nuryani Zainuddin Nuryani menjelaskan, pada lokakarya ini Indonesia berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas dan jejaring laboratorium di ASEAN untuk bioinformatika.
Kepala Perwakilan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO) untuk Indonesia dan Timor Leste, Rajendra Aryal menyebutkan kerjasama bertahun-tahun antara FAO dan Pemerintah Indonesia telah memperkuat kapasitas balai-balai veteriner untuk meningkatkan deteksi dan pencegahan ancaman zoonosis.
“Kami berbahagia dapat melihat bahwa peningkatan pengetahuan dan kapasitas tersebut dapat dibagikan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara,” kata Rajendra.
Duta Besar Australia untuk ASEAN, H.E.
Will Nankervis mengaku senang dan turut mendukung lokakarya Bioinformatika melalui kemitraan SMART ASEAN dengan ASEAN dan FAO.
“Kami sangat bangga.
Kegiatan tersebut merupakan langkah penting dalam memastikan respons yang terkoordinasi terhadap ancaman penyakit di ASEAN,” katanya.
Plt.
Direktur Kantor Kesehatan USAID Indonesia David Stanton menilai kegiatan ini bukti kerja keras dan layanan luar biasa selama beberapa dekade dari staf BBVet Wates dan tim Kementerian Pertanian.
“USAID gembira dapat bekerja bersama Kementerian Pertanian dan FAO dalam mendukung pekerjaan untuk layanan luar biasa ini,” ujar David.
Diketahui sejak tahun 2006 lalu, FAO dengan dukungan dari USAID telah bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk memberikan pelatihan yang komprehensif kepada sejumlah balai-balai veteriner tentang keselamatan dan keamanan hayati laboratorium, jaminan kualitas, mitigasi risiko dan standarisasi prosedur.
Khusus di bidang bioinformatika, inisiatif ini didanai bersama oleh USAID dan Pemerintah Australia melalui proyek bersama FAO-Australia-ASEAN tentang Penguatan Mekanisme Kesehatan Hewan (SMART-ASEAN).
ANNISA FIRDAUSI